Bersikaplah Sewajarnya


Keadilan adalah merupakan tuntutan akal dan syariat. Keadilan adalah tidak terlalu berlebih-lebihan terhadap sesuatu, tidak pula meremehkannya, tidak terlalu boros dan tidak menghambur-hamburkannya. Barangsiapa menginginkan kebahagiaan, ia hendaklah mengendalikan setiap perasaan dan keinginannya agar mampu bersikap adil di dalam setiap keadaan, sama ada ketika senang ataupun ketika marah, dan ketika gembira mahupun ketika sedih. Betapapun, tindakan berlebihan dan melampaui batas dalam menyikapi segala peristiwa merupakan wujud kezaliman kita terhadap diri kita sendiri.

Duhai, betapa bagusnya keadilan itu! Betapa tidak, syariat sentiasa ditetapkan dengan prinsip keadilan. Demikian pula dengan kehidupan ini; ia pun berjalan sesuai dengan konsep keadilan pula. Manusia yang paling sengsara adalah mereka yang menjalani kehidupan ini dengan hanya mengikuti hawa nafsu dan menuruti setiap dorongan emosi serta keinginan hatinya. Pada keadaan yang demikian itu, manusia akan merasa setiap peristiwa menjadi sedemikian berat dan sangat membebani, seluruh sudut kehidupan ini menjadi semakin gelap gelita, dan kebencian, kedengkian serta dendam kesumat pun mudah bergelodak di dalam hatinya.

Dan akibatnya, semua itu membuat seseorang hidup dalam dunia khayalan dan ilusi; ia akan memandang setiap hal di dunia ini musuhnya, ia akan menjadi curiga dan merasa setiap orang di sekeliling sedang berusaha menyingkirkan dirinya, dan ia akan selalu dibayangi rasa was-was dan kekhuatiran bahawa dunia ini setiap saat akan merenggut kebahagiaannya. Demikianlah, maka orang seperti itu sentiasa di bawah naungan awan hitam kecemasan, kegelisahan dan kegundahan.

Menyebarkan desas-desus yang dapat menggelisahkan orang lain sangat dilarang oleh syariat dan termasuk tindakan murahan. Dan itu, hanya akan dilakukan oleh orang-orang yang miskin nilai-nilai moral dan jauh dari ajaran-ajaran ketuhanan. Begitulah, maka…

“…mereka mengira bahawa tiap-tiap teriakan yang keras itu ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya)….” (Al-Munafiqun : 4)

Dudukkanlah hati anda pada kerusinya, nescaya kebanyakan hal yang dikhuatirkannya tidak akan pernah terjadi. Dan sebelum sesuatu yang anda cemaskan itu benar-benar terjadi, perkirakan apa saja yang paling buruk darinya, dan kemudian persiapkan diri anda untuk menghadapinya dengan tenang hati. Dengan begitu, anda akan dapat menghindari semua bayangan-bayangan menakutkan yang acapkali sudah mencabik-cabik hati sebelum benar-benar terjadi.

Wahai orang-orang yang berakal dan sedar, tempatkan segala sesuatu itu sesuai dengan ukurannya. Jangan membesar-besarkan peristiwa dan masalah yang ada; bersikaplah secara adil, seimbang dan jangan berlebihan! Jangan pula larut dalam bayang-bayangan dan fatamorgana yang menipu!

Renungkanlah makna keseimbangan antara kecintaan dan kebencian yang diajarkan dalam hadith Rasulullah Shallallahu ‘ alaihi wassallam berikut:

“Cintailah kekasihmu sekadarnya saja, kerana boleh jadi dia akan menjadi orang yang kau benci suatu ketika nanti. Dan bencilah orang yang kau benci sekadarnya saja, kerana boleh jadi dia akan menjadi kekasihmu suatu ketika nanti.”

Renungkanlah pula firman Allah Ta’ala berikut:

“Mudah-mudah Allah menimbulkan kasih-sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi di antara mereka. Dan Allah Maha Kuasa lagi Maha Penyayang.” (Al-Mumtahanah : 7)

Dan ingat; sesungguhnya kebanyakan kekhuatiran dan desas-desus itu sedikit kebenarannya dan jarang pula yang benar-benar terjadi.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...